METROREALITA.COM – TAPTENG || Kekecewaan mendalam diungkapkan oleh Tokoh Muda Nahdlatul Ulama (NU) Tapanuli Tengah, Waiys Al Kahrony Pulungan, terkait stagnasi organisasi PCNU Tapanuli Tengah yang dinilai sebagai dampak langsung dari kelalaian dan kesemena-menaan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara, Dr. H. Marahalim Harahap, S.Ag. M. Hum dalam menyikapi pelaksanaan Konferensi Cabang (Konfercab) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tapanuli Tengah.
Waiys secara tegas menyatakan bahwa PWNU Sumut tidak serius dalam merespon keinginan kuat PCNU Tapteng untuk melaksanakan Konfercab sejak akhir tahun 2023.
“Dari awal, Ketua PWNU Sumut terkesan mengulur waktu, bahkan cenderung sengaja memperlambat proses hingga berujung pada penunjukan karteker yang kami nilai merupakan keputusan sepihak dan tidak mencerminkan aspirasi warga NU di daerah,” ucap Waiys, Rabu (16/04/2025).
Sebagaimana diketahui, proses menuju Konfercab PCNU Tapteng telah dimulai sejak Desember 2023, berbagai surat resmi telah dilayangkan ke PWNU dan PBNU bahkan ketersediaan Pengurus PCNU untuk melaksanakan Konfercab telah dibuktikan dengan terbentuknya Panitia Pelaksana untuk melaksakan proses persiapan Konferensi Cabang Tsb.
“Jauh sebelum pengunjukan karateker kita sudah melihat keseriusan PCNU Tapteng dalam Melaksanakan Konferensi Cabang,itu terbukti berulang kalinya melaksanakan Rapat Panitia serta melibatkan seluruh banom, bahkan saat itu kita sempat sudah bergerak.” Ujar Waiys.
Namun, tidak ada tindak lanjut tegas dari PWNU Sumut. Akhirnya, pada 11 Juli 2024, PBNU menetapkan Drs. Alfian Hutauruk, M.Pd sebagai Ketua Karteker berdasarkan usulan PWNU Sumut.
Sayangnya, menurut Waiys, karteker tersebut justru gagal menjalankan tugasnya bahkan semakin menambah kegaduhan di antara kalangan Warga NU Tapteng.
“Karteker yang ditunjuk tidak menunjukkan kinerja. Selama hampir satu tahun, tidak ada langkah berarti menuju Konfercab. Ini membuktikan bahwa penunjukan karteker cacat secara tanggung jawab dan tidak memiliki legitimasi moral di mata warga NU Tapteng,” jelasnya.
Waiys juga menyoroti dampak serius dari kelalaian ini.
“Akibat dari sikap PWNU Sumut, roda organisasi PCNU Tapteng berhenti total. Aktivitas ke-NU-an yang sebelumnya sudah berjalan kini stagnan. Warga NU menjadi korban dari kelalaian dan kesewenang-wenangan ini,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menilai Ketua PWNU Sumut menggunakan wewenangnya secara semena-mena.
“Ini bukan sekadar soal administratif. Ini soal tanggung jawab terhadap umat. Kalau Ketua PWNU menggunakan kewenangan sesuai kehendaknya sendiri, maka wajar bila warga NU Tapteng merasa ditinggalkan dan dikhianati,” tambahnya.
Waiys berharap kepada PBNU agar turun tangan langsung untuk menyelesaikan kebuntuan ini dan segera mengambil langkah konkrit agar Konfercab PCNU Tapteng bisa segera dilaksanakan.
Ia juga menyerukan agar PWNU Sumut melakukan evaluasi internal atas kegagalan mereka dalam mengawal proses organisasi di daerah.
“Kalau memang tak mampu, dan menjadikan NU ini sebagai alat sesuka hati lebih baik mundur secara terhormat. NU itu amanah, bukan tempat coba-coba, NU itu wadah untuk Ber-Khidmad bukan untuk berbuat sesuka hati,” tutup Waiys Al Kahrony Pulungan dengan nada tegas. (red)